Seorang sahabat baik saya asal Korea Selatan Mr. Kim yang
juga adalah Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi di Korsel
(sejenis BPPT di Indonesia) sekitar setahun lalu pernah ucapkan
kepada saya bahwa Indonesia itu seperti raksasa yang sedang tidur (The
Sleeping Giant). Dia ucapkan analogi itu karena melihat potensi luar biasa yang
dimiliki Indonesia berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk dan kekayaan alam
yang dimiliki Indonesia.
Mr. Kim membandingkan Indonesia dengan Korea. Luas
Republik Korea Selatan hanya 100.300 km2, dengan penduduk sekitar 50 juta jiwa,
bandingkan dengan luas Pulau Jawa 137.000 km2 dengan penduduk 130 juta jiwa.
Korea Selatan terletak di Semenanjung Korea dengan kondisi alam yang bergunung
dan berbukit. Hanya sekitar 20% dari luas daratannya yang bisa dihuni manusia
atau diolah menjadi lahan pertanian. Bertolakbelakang dengan Pulau Jawa yang
luas lahan pertanian dan hunian manusianya mencapai 80% dari total luas Pulau
Jawa.
Pulau Jawa yang sangat subur dan pernah menjadi lumbung
pangan Indonesia itu kini disesaki oleh padatnya manusia, pabrik dan kawasan
industri. Lahan pertanian dan perkebunan menyusut drastis. Predikat pulau Jawa
sebagai ”Lumbung Pangan Indonesia” pun sudah menghilang.
Korea seperti halnya Taiwan dan Singapore adalah
negara yang memiliki luas wilayah daratan sangat kecil. Lahan pertanian Korsel
dan Taiwan sangat terbatas. Apalagi Singapore yang malah tidak punya lahan
pertanian sama sekali dan kebutuhan pangannya 100% impor. Negara - negara
seperti ini sangat iri kepada Indonesia yang luas daratannya hampir 2 juta km2.
Imajinasi mengenai apa yang akan dilakukan jika punya negara seluas Indonesia
selalu terbayang menari-nari di benak mereka.
Keterbatasan luas daratan menyebabkan Korea, Taiwan dan
Singapore mencari cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan
rakyatnya. Tumpuan mereka adalah sektor teknologi, jasa keuangan dan
pariwisata, perdagangan internasional, industrialisasi dan sebagainya,
yang smuanya itu tidak memerlukan lahan / tanah yang luas. Taiwan dan Korsel
terkenal sebagai produsen elektronik terkemuka dan terbesar di dunia. Mereka
mengungguli dunia barat dalam industri elektronik dan perkapalan. Rahasia
kemajuan dan kemakmuran mereka terletak pada ribuan penemuan baru setiap tahun
di bidang teknologi tepat guna dan tersedianya industrialisasi untuk semua
penemuan baru itu. Luar biasa.
Meski Korea sudah lama menjadi negara maju dan makmur namun
mereka tetap ingin dan selalu bermimpi miliki lahan yang luas. Berbagai
pembatasan dan hambatan dari sejumlah negara tertentu dimana mereka
berinvestasi telah menjadi ancaman serius pada usaha pemerintah Korea untuk
menjamin dan mempertahankan kesejahteraan yang telah mereka capai selama ini.
China dan India adalah dua negara tujuan investasi Korea
yang terbesar. Di China saja saat ini terdapat lebih 22.000 perusahaan asal
Korea. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah China, juga India
mulai “mempersulit” ribuan perusahaan tersebut dengan menaikan Upah Minimum
Karyawan dan selalu berusaha mencuri rahasia teknologi yang digunakan oleh
perusahan - perusahaan Korea di sana. Soal reputasi curi mencuri
atau bajak membaca teknologi adalah merupakan hobi China yang sudah sangat
terkenal di seluruh dunia.
Berbeda dengan China, Taiwan apalagi Jepang, menurut Mr. Kim
putra seorang jenderal pada masa Perang Korea (1950-1955), yang juga adalah
kakak angkat saya itu, Indonesia merupakan surga bagi investasi Korea.
Selama 10 tahun terakhir, Indonesia perlahan - lahan mulai menjadi negara
favorit tujuan investasi Korea.
Semua yang ada di Indonesia sangat menyenangkan investor
Korea kecuali atas 3 hal, yakni : 1. korupsi dan kebobrokan birokrasi,
2. keterbatasan infrastruktur (listrik, telpon, jalan, pelabuhan
dan sejenisnya) serta 3. kemalasan dan kelambanan yang nenjadi sifat umum
mayoritas pekerja Indonesia.
Jika tiga hal tadi dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia,
Mr. Kim ini sangat yakin Indonesia akan menjelma menjadi negara super power
terutama di bidang ekonomi. Mengenai hal yang lain, tidak ada yang kurang dari
Indonesia. “Tuhan begitu sayang pada negara ini” ujar Mr. Kim suatu saat ketika
kami berbincang di sebuah hotel di depan bundaran air mancur HI, Jakarta Pusat
pada akhir tahun lalu.
Saking kagum dan tertariknya Mr. Kim itu terhadap Indonesia,
dia berkali - kali selalu mengatakan ingin mati dan dikubur di bumi Indonesia.
Dari ucapan dan sinar matanya yang tulus, saya percaya pada niatnya
tersebut.
Apakah nanti, dalam waktu dekat Indonesia bisa mengatasi 3
penyakit itu ? Apakah nanti Indonesia bisa menjadi raksasa yang terbangun dari
tidur panjangnya ? Atau bahkan menjadi raksasa yang menggeliat dan
menggetarkan dunia ? Wallahualam Bissawab …Sangat tergantung kesungguhan rakyat
dan pemerintah Indonesia sendiri. Semoga. Aamiiiin Ya Rabbilalamin.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/07/korea-raksasa-tidur-itu-bernama-indonesia--579723.html